Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Pencak Silat di Indonesia dan Perkembangannya

Dilansir dari situs kemdikbud.go.id pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang menjadi budaya Indonesia. Budaya yang dimaksud adalah karakter kebudayaan khas timur yakni etika.

Oleh karena itu etika dalam pencak silat sangat diutamakan. Mulai dari tunduk peraturan saat berlatih, sebelum bertanding, hingga sesudah bertanding. Ketundukan itu akan terlihat pada kemantapan gerakan dan juga etika kepada lawan bertanding dan wasit.

Sejarah Pencak Silat di Indonesia

Sejarah pencak silat Indonesia sudah hadir semenjak abad ke-7 di provinsi Riau pada zaman kerajaan Sriwijaya. Pencak silat bermula dari perkembangan keterampilan suku asli Indonesia dalam berburu dan perang dengan menggunakan alat perang seperti parang, perisai, dan tombak. 

Catatan mengenai sejarah pencak silat terdokumentasikan dalam berbagai artefak senjata yang ditemukan pada peninggalan Hindu Budha seperti pahatan relief-relief yang menggambarkan sikap kuda-kuda silat di Candi Prambanan dan Borobudur.

Ajaran Islam juga ikut menggoreskan catatan mengenai sejarah pencak silat yang dimulai pada abad ke 14 di Nusantara oleh kaum penyebar ajaran Islam, dan diajarkan di pesantren sebagai bagian dari latihan spiritual.

Banyak tokoh yang ikut berkecimpung dalam proses pengembangan dan mewarnai sejarah pencak silat. Seperti: Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teungku Chik di Tiro, Teuku Umar, Tuanku Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia. 

Banyaknya tokoh Islam yang mengembangkan pencak silat karena catatan sejarah pencak silat banyak diwarnai di kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. 

Corak warna sejarah pencak silat sangatlah beragam Dari media dakwah, persiapan perang hingga seni tradisi khas nusantara. Meski secara praktik pengajaran pencak silat banyak diterapkan di banyak lembaga pendidikan. Namun sejarah pencak silat masih belum banyak diketahui, sehingga perlu menjadi perhatian serius agar dapat dipahami oleh anak bangsa di masa depan.

Perkembangan Pencak Silat di Indonesia

Perkembangan pencak silat terbagi atas beberapa hal sebgai berikut:

1. Masa Pemerintahan Belanda

Perkembangan silat di Indonesia mulai tercatat pada abad ke-14, ketika seni bela diri ini diajarkan bersama dengan pelajaran agama di pesantren. Ketika bangsa asing mulai mengincar kekayaan Indonesia, silat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi bangsa penjajah. 

Pada zaman penjajahan Belanda, pencak silat menjadi kegiatan yang dilarang oleh pemerintah kolonial karena dianggap dapat mengancam keberlangsungan penjajahan. Tidak hanya itu, hampir semua kegiatan yang melibatkan massa juga dilarang.

Oleh sebab itu, pada masa ini, pelatihan silat pun mau tidak mau harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil.

2. Masa Pemerintahan Jepang

Berbeda dengan zaman Belanda, pada masa penjajahan Jepang, kegiatan pencak silat sebagai bela diri Indonesia diperbolehkan untuk terus dikembangkan. Tujuannya adalah untuk mempertahankan diri dari serangan tentara Sekutu.

Bahkan, tentara Jepang juga menyediakan pemusatan latihan pencak silat secara resmi, sehingga di Pulau Jawa mulai lahir gerakan ilmu bela diri tersebut.

Meski tujuan Jepang mengizinkan pencak silat adalah untuk kepentingan sendiri, tetap ada nilai positif yang dapat diambil oleh masyarakat Indonesia yaitu mereka dapat meningkatkan semangat nasionalisme melalui belajar pencak silat dan menjadikan seni bela diri ini sebagai sarana menumpas penjajahan.

3. Masa Setelah Kemerdekaan RI

Setelah masa kemerdekaan, sadar akan pentingnya peranan pencak silat, maka didirikan organisasi pencak silat yang bersifat nasional. 

Pada 18 Mei 1948, didirikan organisasi pencak silat Indonesia yang bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). IPSI diprakarsai oleh Ketua Pusat Kebudayaan, Wongsonegoro. 

Pasca-kemerdekaan, pencak silat sangatlah berkembang di berbagai daerah, sehingga keberadaan pencak silat semakin terasa. Selain itu, di setiap daerah juga memiliki aliran silatnya masing-masing yang disesuaikan dengan ciri khasnya. 

Wongsonegoro memimpin IPSI hingga tahun 1973, yang kemudian digantikan oleh Brigjen Tjokropronolo.

Dalam masa kepemimpinannya, ia berhasil menyatukan aliran pencak silat ke dalam IPSI, yang disebut dengan 10 perguruan historis. 10 perguruan tersebut adalah sebagai berikut: 
  1. Tapak Suci
  2. KPS Nusantara 
  3. Perisai Diri 
  4. Prashadja Mataram 
  5. Perpi Harimurti 
  6. Perisai Putih 
  7. Putra Betawi 
  8. Setia Hati
  9. Setia Hati Teratai 
  10. PPSI

Berdirinya organisasi pencak silat internasional 

Pada 11 Maret 1980, atas prakarsa Eddie M. Nalapraya, ketua IPSI saat itu, didirikan Persekutuan Pencak Silat Antarabangsa atau Persilat. Persilat adalah satu-satunya organisasi internasional pencak silat di dunia. 

Di samping IPSI, juga terdapat organisasi silat nasional di beberapa negara, yakni Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. 

Dalam perkembangannya, puluhan perguruan pencak silat juga didirikan di Amerika Serikat dan Eropa.

Demikian pembahasan Sejarah Pencak Silat di Indonesia dan Perkembangannya, semoga dapat menambah wawasan anda tentang olahraga beladiri pencak silat.