Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Metode Pemecahan Masalah

Dalam kegiatan belajar mengajar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran baik itu faktor teknis maupun faktor non teknis. Berikut ini kami akan bahas Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Sebagaimana halnya dengan metode-metode pembelajaran lainnya, keberhasilan pelaksanaan metode pemecahan masalah ini tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor berikut:

a. Faktor Guru

Setiap guru yang akan menggunakan suatu metode tertentu untuk menyajikan bahan pelajaran harus benar-benar telah menguasai cara-cara melaksanakannya. Ia harus telah menguasai "AB-C"-nya metode itu. Apalagi dengan metode Pemecahan Masalah yang menuntut tahap-tahap pelaksanaan yang lebih rumit daripada metode-metode lainnya. Guru yang kurang memahami tahapantahapan metode ini dan belum berpengalaman pasti akan mengalami kesulitan pada waktu menggunakan metode ini. Metode Pemecahan Masalah memerlukan pula kemampuan memilih topik dan jalan logika yang benar serta sistimatis, sebab setiap langkah yang diambil akan dituntut suatu alasan yang dapat mendukung langkah itu. Pengertian mengenai sebab akibat sangat menentukan.

Keluasan ilmu pengetahuan yang dimiliki guru dan sifat terbuka merupakan aspek yang menunjang keberhasilan penggunaan metode ini oleh guru yang bersangkutan. Hal ini disebabkan bahwa dalam pelaksanaan metode ini guru tidak dapat lagi bersikap otoriter atau sebagai penentu yang pertama dan terakhir. Dalam metode ini justru guru harus dapat memberikan kebebasan menyatakan pendapat kepada siswa dan bukan mendiktekan pendapatnya kepada siswa. Walaupun demikian guru tetap harus dapat inernberikan pertimbangan ataupun penilaian bahwa pendapat ini yang betul dan yang itu tidak dengan alasan-alasan yang tepat. Para siswa harus dapat dibimbing arah berpikirnya sehingga suatu keputusan dapat diterima karena secara logika benar.

Dalam  pelaksanaan  metode  ini  tidak  ada  dalih untuk mengembangkan sikap “Asal bapak senang”. Pemecahan yang diperoleh harus didasarkan pada pembuktian kebenaran hipotesis yang dibuat sebelumnya. Tentunya, untuk sampai pada kesimpulan akhir, semuanya harus didukung oleh data yang benar. Untuk memperoleh data seperti itu pastilah harus dilengkapi dengan perpustakaan atau dokumentasi yang lengkap,dengan teknik pengumpulan data yang teliti, pengolahan datanya harus cermat dan akhirnya pemilihan alternatifnya pun harus objektif. Seluruh proses yang rumit ini harus telah dikuasai guru dengan baik. Tanpa penguasaan proses ini, akan sulitlah melaksanakan dan membimbing siswa jika metode Pemecahan Masalah ini digunakan di kelas.

b. Faktor Siswa

Penggunaan metode pemecahan masalah di kelas menuntut bebe-rapa ketentuan dari para siswa yang
bersangkutan. Karena metode pembela-jaran ini memiliki jenjangjenjang pelaksanaan yang banyak menuntut kematangan berpikir, maka metode ini hanya dapat digunakan jika para siswa benarbenar telah matang inteligensinya. Para siswa akan diminta untuk dapat berfikir analistis-sintetis di samping kemampuan untuk menjangkau jauh ke depan dalam logikanya.

Hal itu disebabkan karena mereka harus dapat membuat suatu hipotesis (praduga yang masih harus dibuktikan kebenarannya), kemampuan mengumpul-kan data, mengolah data, menarik kesimpulan dan memilih salah satu alternatif secara objektif. Misalnya kita ambil contoh pokok masalah “Mengapa di Kabupaten X terjadi kelaparan”. Hasil analisis dan kesimpulan yang diperoleh serta alternatif pemecahan yang akan dipilih dari pokok masalah itu harus betul-betul objektif. Dan hal itu hanya mungkin jika para siswa benar-benar telah matang inteligensinya, logikanya baik, data yang dikumpulkan tepat, kesimpulan yang diambil benar dan peterapan alternatif yang dipilih tidak berat sebelah. Sebab walaupun apa yang dilakukan para siswa itu sifatnya masih terbatas sebagai keputusan di dalam kelas, namun mereka sudah harus mulai dididik untuk selalu bersikap objektif. 

Memang, mengambil kesimpulan berdasarkan pertimbangan emosinil sangat mudah. Misalnya, untuk contoh di atas dapat saja disimpulkan bahwa kelaparan itu timbul karena petaninya malas, atau karena para petani tidak dapat menyelenggarakan sistem pengairan yang baik, atau karena tidak mendapat bimbingan dari penyuluh pertanian. Dengan demikian mungkin saja alternatif yang dipilih adalah, bahwa para petani harus diberikan penataran, atau para penyuluh pertanian harus ditatar kembali. Padahal, barangkali jika diteliti secara cermat dengan mencari data yang benar, kesimpulan yang objektif dapat dihasilkan dan dengan demikian alternatif yang dipilih akan berjalan sama sekali.
Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan di atas, jelaslah bahwa kematangan berpikir analisis-sintetis atau kematangan inteligensi siswa merupa-kan faktor yang harus diperhatikan guru jika ia akan menggunakan metode ini di kelasnya.

c. Faktor Bahan Pelajaran

Pemilihan suatu topik untuk dijadikan pokok masalah bukanlah hal yang mudah.Untuk menetapkan pokok masalah perlu pula diperhatikan hal berikut:

  1. Apakah masalah itu sesuai dengan kurikulum.
  2. Apakah sesuai dengan taraf kecerdasan para siswa. 
  3. Apakah masalah itu memiliki berbagai alternatif pemecahan. 

Hal yang ketiga ini sangat penting karena hanya topik atau pokok masalah yang memiliki lebih dari satu alternatiflah yang dapat dijadikan bahan di mana digunakan metode Pemecahan Masalah untuk menyajikannya. 

Pokok-pokok masalah yang hanya memiliki satu jawaban yang sudah pasti, yang tidak mungkin ditambah atau diubah karena jawaban itu akan menjadi satu-satunya jawaban, tidak akan dapat dijadikan pokok masalah. Misalnya, pokok seperti "Berapa jumlah penduduk negara Indonesia pada tahun 2007", tidak dapat dijadikan pokok masalah karena jawabannya sudah pasti. Kita cukup mencari sumber resmi yang mengatakan berapa jumlah penduduk negara Indonesia pada tahun itu dan siapapun tidak dapat mengatakan lain daripada jumlah yang telah diperoleh itu. Tidak ada pilihan jawaban lain selain daripada apa yang telah disebutkan dalam sumber data itu.

Tetapi, jika pokok yang akan dipermasalahkan itu sebagai berikut, ”Usaha mengimbangi pertambahan penduduk Indonesia dalam satu dasawarsa mendatang", maka berbagai alternatif dapat dikemukakan. Misalnya, dari segi pendidikan, segi ekonomi, segi demografi, segi pertanian, segi lapangan pekerjaan, segi politik, segi pertahanan, segi keluarga berencana dan sebagainya. Kemudian, melalui berbagai pertimbangan sesuai dengan data yang diperoleh dapatlah ditarik kesimpulan mengenai alternatif yang mana  yang  harus  dipilih  jika  kita  ingin  mengimbangi  pertambahan penduduk yang menjadi masalah nasional itu. 

Dari faktor-faktor yang diuraikan di atas, nyata bahwa faktor bahan pembelajaran merupakan pula salah satu faktor yang harus dipertimbangkan sebelum guru memutuskan apakah ia akan menggunakan metode Pemecahan Masalah atau metode lainnya. Sebab, memilih pokok masalah bukanlah perkara yang mudah untuk dijadikan bahan pelajaran mengingat ketiga syarat yang telah disebutkan di atas.