Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Salah satu model pembelajaran seperti telah dikemukakan dalam teori konstruktivis adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibentuk dalam beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 - 6 orang siswa. 

Dalam kelompok tersebut siswa lebih banyak berusaha memanfaatkan kemampuan sosial dan pengetahuan awal mereka dengan berdiskusi terkait masalah yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut akan mendukung siswa untuk lebih banyak beraktivitas. Dengan demikian akan tercipta suasana belajar yang lebih kondusif.

Morton Deutrech (Widiarsa:1997 dan Wirta:1998) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dibentuk dalam suatu kelompok kecil di mana siswa bekerja sama dan mengoptimalkan keterlibatan dirinya dan anggota kelompoknya dalam belajar.

Dalam belajar kooperatif, siswa diberikan dua macam tanggung jawab yang harus mereka laksanakan. Pertama, siswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan materi tugas yang diberi guru. Kedua, meyakinkan bahwa semua anggota dalam kelompok mengerti dan memahami tentang tugas yang diberikan. Dengan demikian siswa dapat meyakinkan dirinva. bahwa hasil yang diperoleh mempunyai manfaat bagi diri mereka dan siswa lain dalam kelompok tersebut. 


Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kooperatif learning merupakan suatu pembelajaran dimana dalam satu kelas akan belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4 sampai 6 orang siswa. Setiap kelompok terdiri atas siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, rendah serta jenis kelamin yang berbeda. Mereka diberikan keterampilan yang khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya.

Menurut Lundgreen (Wirta, 2003:8) ada beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh siswa dalam pembelajaran kooperatif yaitu: 

  1. para siswa harus memiliki persepsi bahwa tenggelam atau berenang bersama; di sini siswa dituntut bersama-sama menanggung resiko termasuk juga pada baik buruknya hasil yang diperoleh kelompoknya dalam melaksanakan diskusi; 
  2. para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; 
  3. para siswa harus berpandangan bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama; 
  4. para siswa harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama besarnya di antara anggota kelompok; 
  5. para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok; 
  6. para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; 
  7. para siswa akan diminta pertangungjawabannya secara individual tentang materi yang dipelajarinya dalam kelompok.

Memperhatikan uraian pernyataan tersebut di atas maka dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran seperti di atas akan lebih memfokuskan pada pencapaian tujuan belajar baik ranah kognitif, afektif maupun ranah psikomotor. 

Aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan awal yang didapatkan dari lingkungan mereka masing-masing dan dipadukan dengan materI yang diberikan oleh guru, maka masing-masing siswa akan mencerna, menilai dan mengimajinasikan permasalahan tersebut dalam pemikiran mereka masing-masing. Pemikiran yang telah timbul dari masing-masing siswa akan diwujudkan melalui dorongan emosional, sikap masing-masing siswa. 

Dan pada akhirnya sikap tersebut akan diwujudkan dalam sebuah prilaku yaitu dalam bentuk aktivitas berdiskusi menerapkan keterampilan sosial mereka dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. Maka dalam dalam pembelajaran ini siswa akan lebih mengutamakan keterampilan sosial mereka daripada aktivitas individual.

Terdapat beberapa kontribusi positif (Lanang, 1999:7) dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

  1. meningkatkan hubungan antar individu, yakni pembelajaran ini memberi peluang kepada siswa untuk terlibat lebih aktif, meningkatkan interaksi untuk mencapai tujuan belajar, berbagai tanggung jawab, saling mengisi dalam memecahkan masalah dan meningkatkan hubungan yang positif antar siswa;
  2. memberikan dukungan pada interaksi sosial, yakni akan mendorong siswa untuk menghargai sesama siswa, menambah ketekunan dalam usaha mencapai tujuan belajar, menjadi tabah dan ulet, khususnya dalam menghadapi tugastugas dan situasi yang menimbulkan ketidaksenangan atau kekecewaan; 
  3. meningkatkan rasa harga diri, rasa percaya diri terhadap kemampuan dan kesanggupan untuk meningkatkan pencapaian akademik akan terbentuk pada diri siswa; 
  4. meningkatkan produktivitas akademik, dengan adanya keterkaitan antar anggota dalam kelompok peningkatan polapola intertaksi, rasa tanggung jawab, dorongan untuk kreatif maka semua ini akan meningkatkan produktifitas belajar.


Dengan melihat beberapa pandangan di atas dapat dikemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pemahaman konstruktivisme yang megasumsikan bahwa:  

  1. Siswa akan lebih mudah menguasai materi yang diberikan. Dalam hal ini siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan masalah yang dihadapinya dengan temannya. Siswa yakin tujuan belajar mereka akan tercapai jika temannya telah mencapai tujuan  tersebut;  
  2. Akan terjalin hubungan sosial di antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Adanya rasa paling membutuhkan diantara, anggota kelompok maka akan tercipta hubungan timbal balik di dalam pemecahan masalah;  
  3. Rasa percaya diri akan timbul dari masing-masing siswa. Rasa ini muncul karena pada diri masingmasing siswa telah mendapatkan jawaban yang dianggap paling tepat atas permasalahan yang mereka hadapi karena diperoleh melalui diskusi dengan anggota kelompoknya; dan  
  4. Suasana belajar dan kebersamaan yang tumbuh memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami materi pelajaran lebih baik.

Memperhatikan pernyataan tersebut di atas, maka akan lebih baik apabila pembelajaran kooperatif dituangkan ke dalam sebuah tipe pembelajaran Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini akan lebih memudahkan siswa untuk menemukan pemecahan masalah yang dihadapi yang terkait dengan materi pelajaran. 

Dimana satu permasalahan akan diselesaikan oleh beberapa orang siswa yang terbentuk dalam sebuah kelompok ahli, begitu pula dengan permasalahan yang lainnya akan diselesaikan oleh kelompok ahli yang lain. Setelah mereka benar-benar menyepakati jawaban dari masalah yang diberikan oleh guru maka mereka akan kembali ke kelompok asalnya untuk mempertanggungjawabkan hasil diskusi dalam kelompok ahli. Pemahaman lebih lanjut dari tipe pembelajaran jigsaw ini akan dipaparkan pada uraian selanjutnya.