Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Menurut Arends (Wirta, 2003: 9) pengertian model pembelajaran tipe jigsaw adalah suatu model pembelajaran  kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa dan materi akademik disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim yang lain. 

Tiap kelompok diberikan kesempatan berkolaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan suatu masalah. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen sehingga akan terdapat siswa yang bekemampuan tinggi, dua atau tiga siswa berkemampuan sedang dan seorang siswa berkemampuan kurang. Hal tersebut dimaksudkan supaya dalam suatu kelompok tertentu akan terjadi suasana yang seimbang. 

Apabila anggota kelompok (siswa) yang mempunyai kemampuan sedang dan rendah mendapat kesulitan dalam membahas permasalahan yang diberikan guru, maka dalam hal ini akan dapat dibantu oleh siswa yang berkemampuan tinggi. 

Lei (Widiada,1998: 8) mengungkapkan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dan fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif yang menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran kooperatif memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif.

Menurut Stahl, Aronson, dan Elliot (Ermawati, dkk., 2002:12), ada 7 fase yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw digambarkan sebagai berikut:


Keterangan: 

Siswa dikelompokkan menjadi kelompok dasar, kemudian setiap anggota kelompok diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa dari kelompok dasar yang  berbeda dengan topik yang sama dipertemukan dengan kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Para ahli kemudian kembali ke kelompok dasar masing-masing dan mengambil giliran untuk mengajar anggota kelompoknya tentang topik mereka. Akhirnya siswa diberikan tes yang meliputi semua topik dan skor yang diperoleh dalam tes menjadi skor kelompok. Skor yang diperoleh kelompok didasarkan pada peningkatan siswa. Skor awal adalah skor yang diperoleh siswa pada pembelajaran sebelumnya, sedangkan skor akhir adalah skor yang diperoleh dari tes pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kemajuan siswa dapat dilihat dengan cara membandingkan kedua skor tersebut.

Langkah-langkah perhitungan skor kemajuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 : Langkah - Langkah Perhitungan Skor Kemajuan

Langkah 1
Menentukan skor dasar
Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor - skor yang lalu (pre-tes)
Langkah 2
Menghitung skor kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini
Langkah 3
Menghitung skor perkembangan
Siswa mendapat poin perkembangan yang besarnya ditentukan oleh skor dasar dan skor kuis terkini

Sumber: Nurkancana dan Sumartana (1989)
 
Sedangkan untuk Kriteria skor kemajuan belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini!
 
Tabel 2. Kriteria Pemberian Skor Kemajuan Siswa
No Skor Tes
Skor Kemajuan
1
Kurang dari 1 poin di bawah skor awal
5
2
1 sampai di bawah skor awal
10
3
Antara 0 sampai 1 di bawah skor awal
15
4
Lebih dari satu poin di bawah skor awal
30
Sumber: Nurkancana dan Sumartana (1989)
 
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor kemajuan masing-masing kelompok yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kemajuan skor masing-masing anggota kelompok, kemudian jumlah itu dibagi dengan jumlah tim yang mengikuti kuis. Rerata skor kelompok ini disebut juga skor prestasi masing-masing kelompok.
 
Dari skor rerata ini guru dapat memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok berdasarkan kriteria seperti pada Tabel 3.
 
Tabel 3. Kriteria Penghargaan untuk Kelompok.
No
Kriteria (Rerata Kelompok)
Predikat
1
X < 15
-
2
X < 15 < 20
Kelompok cukup
3
X < 15 < 25
Kelompok baik
4
25 < X Kelompok sangat baik

Sumber: Nurkancana dan Sumartana (1989) 

Skor rerata kelompok yang lebih kecil dari 15 sengaja tidak diberikan predikat untuk memacu kelompok agar lebih giat belajar pada topik-topik selanjutnya. 

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran sangatlah bermanfaat karena secara teoritis dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial siswa, meningkatkan hasil belajar serta aktivitas siswa.