Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Prinsip Pengembangan Muatan Lokal Pada Kurikulum 2013

Seperti yang sudah di jelaskan pada postingan sebelumnya pada Definisi Muatan Lokal Pada Kurikulum 2013 bahwa yang di maksud dengan Muatan lokal adalah bahan kajian untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya.

Nah pada kesempatan kali ini kami akan jelaskan Prinsip Pengembangan Muatan Lokal Pada Kurikulum 2013.

Dalam Permendikbud No 79 Th 2014, dalam pengembangan muatan lokal atau mulok perlu memperhatikan prinsip - prinsip berikut:

1. Kesesuaian dengan Perkembangan Peserta Didik

Penyelenggaraan dan pemilihan materi muatan lokal hendaknya memperhatikan perkembangan (fisik maupun psikis) dari peserta didik. 

Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi.


Perkembangan itu bersifat menyeluruh, misalnya perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, memiliki hubungan satu sama lain. Misalnya perkembangan membaca, meliputi perkembangan otot mata, kapasitas membaca, kemampuan membedakan, perkembangan suara, pengalaman, perilaku sosial, dan emosional.

2. Keutuhan Kompetensi

Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan) yang tercermin dalam muatan lokal bahasa, seni budaya, prakarya, pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, serta teknologi. Contoh: Dalam muatan lokal seni musik tradisional diajarkan tentang pengetahuan seni, keterampilan memainkan musik, serta sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter budaya daerah.

3. Keterkaitan dengan Potensi dan Keunikan Daerah

Pengembangan kurikulum muatan lokal mengacu pada potensi dan keunikan daerah yaitu keunikan yang dibatasi oleh wilayah administratif misalnya batik Pekalongan, batik tanah liat Minangkabau, tenun ikat Toraja, Sumbawa, Flores, Timur, Bali, Sintang, ukir Jepara, dan rumah adat Tongkonan di Toraja. Sedangkan keunikan lokal didasarkan pada cakupan penyebaran budaya, seperti Bahasa Jawa, dan Bahasa Sunda. Pengembangan tersebut dalam rangka menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang. Contoh: penyelenggaraan upacara grebeg Maulud di kraton Yogyakarta. Ritual ini memuat ritual religius, menarik wisatawan, di dalamnya ada seni gamelan, gunungan, dan lain-lain.

4. Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu Penyelenggaraan

Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan. Contoh: (1) Ritual manten gaya Surakarta, memuat cara berpakaian, pemanfaatan sesaji, penggunaan bahasa Jawa ragam indah, (2) Nyongkolan, tradisi adat dari penari suku Sasak di Lombok, berupa arak-arakan mempelai dari mempelai pria ke wanita diiringi keluarga kerabat mempelai pria, memakai baju adat, menggunakan iringan rebana, gamelan, disertai gendang beleq pada kalangan bangsawan.

5. Kebermanfaatan untuk Kepentingan Nasional dan Menghadapi Tantangan Global

Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan, pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantanganglobal. Dengan strategi atau upaya ini peserta didik sebagai generasi penerusakan senantiasa mempertahankan, memperkuat serta meneguhkan nilai lokalitas dalam kehidupan modern. Contoh: pesan moral dalam ungkapan budaya daerah seperti ungkapan Nosarara nosabatutu dari Sulawesi Selatan, artinya bersama-sama kita satu, mar sipature hutana be, bahasa Batak, artinya berlomba membangun daerah, rukun agawe santosa dari Jawa yang berarti bersatu akan menjadi kuat. Pesan moral ini jika dipahami dan dilaksankan oleh peserta didik akan membentuk karakter dalam menghadapi tantangan global budaya individualistis

6. Apresiatif

Apresiatif terhadap keunikan potensi daerah/satuan pendidikan. Hasil-hasil pembelajaran muatan lokal memiliki potensi mendapat penghargaan atas keunggulan atau keunikannya di tingkat satuan pendidikan, daerah, dan/atau nasional. Contoh: Penghayatan terhadap legenda, yang memuat nilai kesejarahan dan kearifan lokal, misalnya terjadinya Candi Prambanan di Jawa, terjadinya gunung Tangkuban Perahu di Sunda, terjadinya gunung Batur di Bali, dll.

Itulah beberapa prinsip yang perlu di perhatikan dalam pengembangan Muatan Lokal Pada Kurikulum 2013 yang harus anda ketahui, semoga postingan kali ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan anda.