Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pembentukan Kondisi Fisik

Kondisi fisik merupakan unsur penting dan menjadi dasar/fondasi dalam pengembangan teknik, taktik, strategi dan pengembangan mental. Status kondisi fisik dapat mencapai titik optimal jika dimulai latihan sejak usia dini, dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun, berjenjang dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan secara benar. 

Di samping itu, pengembangan fisik harus direncanakan secara periodik berdasarkan tahapan latihan, status kondisi fisik atlet, cabang olahraga, gizi, fasilitas, alat, lingkungan dan status kesehatan atlet. Mengembangkan kondisi fisik membutuhkan Kualifikasi Pelatih Profesional sehingga mampu membina pengembangan fisik atlet secara menyeluruh tanpa menimbulkan efek negatif di kemudian hari.

Kondisi fisik yang lebih baik banyak memperoleh keuntungan di antaranya atlet mampu dan mudah mempelajari keterampilan baru yang relatif sulit, tidak mudah lelah dalam mengikuti latihan dan pertandingan, program latihan dapat diselesaikan tanpa banyak kendala, waktu pemulihan lebih cepat dan dapat menyelesaikan latihan-latihan yang relatif berat. Di samping itu, latihan fisik sangat berpengaruh terhadap peningkatan percaya diri atlet dan menurunkan risiko cedera.

Semua orang menginginkan kondisi fisik prima agar senantiasa dapat menjalankan tugas dan kewajiban tanpa ada gangguan, terutama bagi yang membutuhkan pekerjaan berat. Pekerjaan yang menggunakan otot besar dan berlangsung beberapa jam sangat membutuhkan kekuatan dan ketahanan otot. Demikian juga bagi atlet, untuk berprestasi tinggi membutuhkan kondisi fisik prima sesuai kebutuhan dan tuntutan cabang olahraga yang bersangkutan. Tanpa didukung oleh kondisi fisik prima pencapaian prestasi puncak akan mengalami banyak kendala. Dari pengalaman para atlet yang berprestasi, menunjukkan bahwa mereka berusaha secara konsisten untuk mengembangkan kandisi fisik sampai pada tingkat ”excellent”.

 Pengalaman para atlet yang sering mengalami cedera menunjukkan bahwa sebagian besar mereka tidak memiliki latar belakang kondisi fisik yang bagus, terutama komponen kekuatan dan kelentukan. Kedua komponen tersebut merupakan dasar yang harus dikembangkan sejak usia dini.

Latihan fisik secara teratur akan dapat memberi rangsangan kepada semua sistem tubuh sehingga dapat mempertahankan tubuh tetap dalam keadaan sehat. Olahraga juga bertujuan untuk rekreasi dan untuk mencapai suatu prestasi dalam suatu kejuaraan. Latihan fisik yang baik adalah olahraga yang dilakukan secara teratur dengan memperhatikan kemampuan tubuh dan sesuai dengan takaran berolah raga. Kita lihat di lapangan, para atlet sering melakukan pelatihan fisik yang berlebihan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi suatu kejuaraan atau pertandingan dalam waktu yang singkat. 

Pelatihan fisik yang berlebihan dapat menimbulkan risiko yang tinggi bagi atlet dan mungkin tidak memperoleh hasil yang maksimal sehingga akan dapat menimbulkan cedera bagi atlet tersebut. Pelatihan fisik yang berlebihan ini terjadi akibat dari tipe pelatihan yang terlalu berat, intensitas pelatihan yang terlalu banyak, durasi pelatihan yang terlalu panjang dan frekuensi pelatihan yang terlalu sering (Hatfield, 2001). Dampak dari pelatihan fisik yang berlebihan adalah adanya ketidakseimbangan antara pelatihan fisik dengan waktu pemulihan. Pelatihan fisik yang berlebihan dapat berefek buruk pada kondisi homeostasis dalam tubuh, yang akhirnya berpengaruh juga terhadap sistem kerja organ tubuh.

Latihan fisik tidak mengenal istilah berhenti, kapanpun dan di manapun atlet tetap berlatih sesuai dengan periodisasi latihan. Dalam kondisi cedera atau tidak sebaiknya tetap menjalankan program latihan. Ada pemusatan latihan atau tidak, pembinaan fisik harus tetap dilakukan. Dalam situasi kuliah, ujian, praktikum, KKN, KKL, PPL dan kegiatan akademis lainya, latihan fisik tetap dilakukan sesuai dengan periodisasi.

Banyak pelatih dalam mengembangkan kondisi fisik belum disertai dengan perencanaan dan program latihan secara sistematis. Mereka melatih hanya atas dasar pengalaman dan intuitif semata.

Mereka melakukan latihan secara insidental, meniru pelatih yang pernah berhasil, meniru model latihan fisik para atlet terkenal dan mencoba model latihan yang belum diketahui efektivitasnya. Akibatnya banyak atlet yang mengalami cedera, kelelahan bahkan tidak sedikit yang mengalami “overtraining”. Gejala semacam ini sering dijumpai di pusat-pusat latihan di daerah, terutama para atlet muda yang status kondisi fisiknya lemah. Akan tetapi, banyak juga ditemukan atlet nasional yang telah berhasil mengembangkan kondisi fisik atlet sampai kategori sangat baik, hal ini tidak terlepas dari program latihan fisik yang direncanakan secara sistematis sesuai dengan tingkatan atlet.

Latihan fisik yang tidak terprogram memberikan peluang pada atlet untuk latihan kurang terkendali. Ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi akibat latihan tersebut, yaitu:

  1. terlalu berat sehingga melebihi kemampuan atlet,
  2. terlalu ringan, dan 
  3. tidak sesuai dengan kemampuan sehingga adaptasi latihan fisik kurang optimal. 
Program latihan fisik tanpa dilandasi dengan prinsip-prinsip latihan yang benar kemungkinan dapat berpengaruh negatif terhadap kondisi fisik atlet. Anehnya dalam kondisi demikian pelatih tidak segera melakukan evaluasi secara teliti mengapa hal itu terjadi, yang lebih parah lagi pelatih berupaya mencari kambing hitam bahwa kesalahan terletak pada atlet.

Seperti diketahui bahwa latihan fisik akan efektif jika latihan dalam batas ambang kemampuan sehingga adaptasi menjadi optimal. Berkenaan dengan itu kiranya pelatih perlu dibekali pengetahuan tentang melatih fisik secara terukur sesuai kaidah-kaidah latihan yang benar dan berusaha meningkatkan pengetahuan, baik melalui pelatihanpelatihan atau melalui jalur pendidikan profesi. Diharapkan pelatih mampu menyusun dan melaksanakan program latihan fisik. Di samping itu, pelatih harus mampu mengevaluasi perkembangan kondisi fisik atlet secara berkala. Oleh karena itu, pelatih harus menguasai tes dan pengukuran sesuai dengan disiplin cabang olahraga.

Langkah awal yang paling strategis sebelum melaksanakan program latihan adalah mendiagnosis kemampuan fisik atlet. Pengetahuan tes dan pengukuran merupakan modal menuju sukses seorang pelatih. Informasi tentang basic test dan pengukuran kondisi fisik dapat dibaca pada buku-buku Evaluasi, Tes dan Pengukuran Olahraga.

Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat bahwa atlet dapat berprestasi hanya dengan latihan teknik semata. Ada pula yang berpendapat bahwa latihan fisik membuat otot kaku dan gerak menjadi lambat. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kondisi kepelatihan di Indonesia masih relatif lemah dan beragam.Tanpa latihan fisik secara sistematis prestasi tinggi tidak mungkin dicapai.

Prestasi yang tinggi hanya bisa dicapai oleh mereka yang berbakat dan berlatih secara sistematis. Kendala umum latihan fisik adalah konsistensi pelatih dalam merencanakan latihan fisik sesuai periodisasi dan tingkatan atlet. Minimnya penguasaan ilmu-teknologi olahraga dan metodologi melatih sehingga atlet kurang bergairah dalam melaksanakan latihan fisik. 

Hal ini mungkin disebabkan oleh metode latihan yang monoton, disain progam latihan belum sistematis dan materi latihan kurang menarik bagi atlet. Perlu dipahami bahwa latihan fisik secara psikologis kurang menarik daripada latihan teknik kecabangan olahraga, berkenaan dengan itu pelatih harus mampu membuat suasana latihan bervariasi agar menumbuhkan semangat berlatih atlet.

Latihan adalah aktivitas atau kegiatan yang terdiri dari berbagai bentuk sikap dan gerak, terarah, berulang-ulang, dengan beban yang kian bertambah guna memperbaiki efisiensi kemampuan. Menurut Bompa (1993:1) latihan merupakan proses pengulangan yang sistematis, progresif, dengan tujuan akhir memperbaiki prestasi olahraga. 

Kunci utama dalam memperbaiki prestasi olahraga adalah sistem latihan yang diorganisasikan secara baik. Program latihan harus mengikuti konsep periodisasi, disusun dan direncanakan secara baik berdasarkan cabang olahraga agar sistem energi dan otot atlet mampu beradaptasi terhadap kekhususan cabang olahraga.

Kondisi adalah status/keadaan kesiapan menghadapi latihan yang akan dilakukan. Latihan kondisi fisik adalah proses pengulangan yang sistematis dan progresif untuk peningkatan dan pemeliharaan dengan menitikberatkan pada efisiensi kerja faal tubuh. Baik tidaknya kondisi fisik, selain faktor latihan juga erat kaitannya dengan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti istirahat, asupan gizi, kerja, lingkungan keluarga, sekolah dan kesehatan.

Pembentukan kondisi fisik tergantung dari tujuan seseorang melakukan latihan fisik atau kegiatan olahraga, seperti untuk peningkatan kesegaran atau kebugaran jasmani seseorang, meningkatkan kemampuan biomotorik yang dominan dibutuhkan terhadap peningkatan prestasi dari cabang olahraga yang digeluti.

Dalam menentukan tujuan pembinaan kondisi fisik perlu diperhatikan dasar - dasar latihan antara lain:

1. Untuk meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya (multilateral physical development).

 Kondisi fisik yang baik merupakan dasar utama bagi seseorang, baik untuk kebugaran jasmani dan, apalagi bagi atlet untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya. Dari pengembangan komponen kondisi fisik sebagai yang telah dikemukakan, di samping itu diharapkan dalam pertumbuhannya dapat mencapai perkembangan yang serasi.

2. Meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specific phsycal development) yang dituntut oleh kebutuhan olahraga tersebut, O,shea, (1976) membuat berbagai macam latihan beban untuk cabang olahraga yang memang memerlukan perkembangan otototot yang berbeda.

3. Untuk menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih atau dibina.

4. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi dan secara belajar teknik. Optimasi taktik dan strategi harus disesuaikan dengan kemampuan individu tersebut.

5. Untuk membentuk kepribadian dan perilaku sebagai sikap olahragawan yaitu sportif tahan terhadap penderitaan.

6. Untuk menjamin kesiapan tim. 

Dalam olahraga berkelompok maka kesiapan sebagai tim sangat penting. Perlu diciptakan keselarasan dari anggota tersebut dalam persiapan fisik, teknik maupun strategi. Kemanunggalan perlu dipupuk terus-menerus, tim harus merupakan suatu unit dan bukan sebagai individu yang membentuk tim tersebut percaya pada diri sendiri, gotong royong dan lain-lain. 

7. Untuk membangun kesehatan.

Hal ini dapat dicapai dengan cara yaitu dalam latihan fisik atau kegiatan olahraga harus sering dilakukan pemeriksaan medik untuk dapat mengkorelasikan antara intensitas latihan dengan kemampuan seseorang dan/atau kapasitas atlet. Perlu diperhatikan pula pola bekerja atau berlatih dengan keras terhadap regenerasi. Kalau seseorang atau atlet mengalami keluhan, cedera atau sakit maka latihan baru dapat dimulai lagi bila individu tersebut telah sembuh. Dalam olahraga ini yang dituju janganlah hanya prestasi saja tetapi juga derajat kesehatan. 

8. Untuk menghindari terjadinya cedera. 

Dengan mempersiapkan kondisi fisik yang baik seperti; kelentukan otot-otot tendon maupun ligament yang kuat maka meskipun seseorang latian fisik atau atlet sudah mencapai kemampuan prestasi yang tinggi kalau kondisi fisiknya tidak terpelihara kemungkinan terjadinya cedera pada waktu pertandingan cukup besar.

9. Untuk meningkatkan pengetahuan seseorang dalam latihan fisik atau atlet mengenai dasar latihan ditinjau dari segi fisiologis maupun psikologisnya. 

Perlu diketahui pula mengenai nutrisi, regenerasi maupun perencanaan. Tujuan berolahraga di samping meningkatkan kebugaran dan prestasi, kadang-kadang seseorang berolahraga hanya untuk rekreasi saja dan ada juga yang bertujuan untuk meningkatkan pergaulan.