Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Dakir (1989:54), metode inkuiri adalah metode mengajar yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukkan sendiri pemecahan permasalahan atas dasar pemikiran dan pengamatannya. 

Syaiful Bahri Djamariah & Aswan Zain (1996:22) menyatakan bahwa pendekatan inkuiri adalah belajar mencari dan menemukakan sendiri. Dalam pendekatan sistem pembelajaran ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi peserta didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan teknik pendekatan pemecahan masalah.

Menurut Herry Sukarman (1999:123), metode inkuiri adalah cara penyampaian mata pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses mental dalam rangka penemuannya.

Jadi berdasarkan ketiga pendapat tersebut di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa metode inkuiri adalah cara mengajar yang menekankan pengalaman mengajar dan mendorong siswa untuk menemukan konsep dan prinsip sendiri. 

Strategi pembelajaran model inquri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Strategi pembelajaran inquiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa  ingin tahu tentang keadaan alam disekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. 

Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indra pengecapan, pendengaran, penglihatan, dan indra-indra lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi pembelajaran inkuiri dikembangkan.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri (Wina Sanjaya, 2008: 196-197) diantaranya adalah sebagai berikut:

  1.  Strategi pembelajaran inquiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukakan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai  subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.
  2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemu-kan  jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Dengan demikian, strategi pembelajaran  inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. 
  3. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri  siswa tidak hanya dituntut agar me-nguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan  potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan berpikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa  menguasai materi pelajaran.

A. Pendekatan Pembelajaran Model Inkuiri

Pendekatan “inquiri” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inkuiri“ adalah pembimbing belajar dan fasilitator belajar. 

Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah, harus dikurangi (Nana Sudjana, 2000:154). 

Suchman (Joice dan Weil, 1980) mengembangkan model pembelajaran dengan pendekatan inkuiri. Model pembelajaran ini melatih siswa suatu proses untuk menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak biasa. Model pembelajaran ini mengajak siswa untuk melakukan hal yang serupa seperti para ilmuwan dalam usaha mereka untuk mengorganisir pengetahuan dan membuat prinsip-prinsip. 

Model pembelajaran inkuiri dimulai dengan suatu kejadian yang menimbulkan teka-teki kepada siswa. Hal ini perlu dilakukan  oleh guru agar siswa termotivasi untuk mencari pemecahannya. Seperti halnya Bruner dan Taba, Suchman (Hilda Karli, et.al., 2002: 111)  juga memiliki keyakinan bahwa model pembelajaran ini akan lebih menyadarkan siswa tentang proses penyelidikannya dan belajar tentang prosedur ilmiah secara langsung. Selanjutnya Suchman menyatakan agar membawa siswa pada sikap bahwa semua pengetahuan bersifat tentatif. 

Setiap individu mempunyai motivasi alami untuk mengadakan penyelidikan. Model inquiri didasarkan pada konfrontasi intelektual. Siswa diberi teka-teki untuk diselidiki. Segala yang misterius tidak diduga-duga atau tidak diketahui bermanfaat untuk mengarahkan pada ketidakpastian. Karena tujuan membelajarkan dengan model inquiri adalah agar siswa memperoleh pengetahuan baru, maka konfrontasi hendaknya didasar-kan pada gagasan yang dapat ditemukan. 

Tujuan umum dari model ini adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar keingintahuan mereka. Siswa mungkin memiliki rasa ingin tahu mengapa peristiwa itu terjadi, mempe-roleh dan mengolah data secara logis, dan agar siswa mengembangkan strategi intelektual secara umum yang dapat digunakan untuk mendapatkan jawabannya. 

Pendekatan inkuiri  dimulai   dengan  suatu  kejadian  yang menimbulkan teka-teki. Hal ini akan memotivasi siwa untuk mencari pemecahannya. Rasa ingin tahu siswa yang besar dapat menarik siswa untuk belajar lebih mendalam lagi tentang konsep yang sedang dipelajari.  

B. Syarat-syarat Penggunaan Pendekatan Inkuri dan Tahapan Pendekatan dengan Model Inkuiri

Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat berikut: 

  1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada  kelas (persoalan  bersumber  dari  bahan  pelajaran yang  menantang siswa/ problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa;
  2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; 
  3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup;
  4. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi;
  5. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar; dan  
  6. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa.

Menurut Hilda Karli, et.al. (2002:112) pendekatan belajar dengan model inkuiri terdiri atas lima tahapan, yaitu:

  1. Penyajian masalah atau menghadapkan siswa pada situasi teka-teki
    Pada tahap ini guru membawa situasi masalah dan menentukan prosedur inquiri kepada siswa (berbentuk pertanyaan yang hendaknya dijawab ya/tidak).Permasalahan yang diajukan adalah masalah yang sederhana yang dapat menimbulkan keheranan. Hal ini diperlukan untuk memberikan pengalaman kreasi pada siswa,tetapi sebaiknya didasarkan pada ide-ide yang sederhana. 
  2. Pengumpulan dan verifikasi data
    Siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami.
  3. Eksperimen
    Pada tahap ini siswa melakukan eksperimen untuk mengeksplorasi dan menguji secara langsung. Eksplorasi mengubah sesuatu untuk mengetahui pengaruhnya, tidak selalu diarahkan oleh suatu teori atau hipotesis. Pengujian secara langsung terjadi ketika siswa akan menguji hipotesis atau teori. Pada tahap ini guru berperan untuk mengendalikan siswa bila mengasumsi suatu variabel yang telah disangkalnya padahal pada kenyataan-nya tidak. Peran guru lainnya pada tahap ini adalah memperluas inkuiri yang diiakukan siswa dengan cara memperluas informasi yang telah diperoleh. Selama verifikasi siswa boleh mengajukan pertanyaan tentang objek, ciri, kondisi dan peristiwa.
  4. Mengorganisir data dan merumuskan penjelasan
    Pada tahap ini guru mengajak siswa merumuskan penjelasan. Kemungkinan besar akan ditemukan siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengemukakan informasi yang diperoleh yang berbentuk uraian penjelasan. Siswa-siswa yang demikian didorong untuk dapat memberi penjelasan yang tidak begitu mendetail.
  5. Mengadakan analisis tentang proses inkuiri
    Pada tahap ini siswa diminta untuk menganalisis pola-pola penemuan mereka. Mereka boleh menentukan pertanyaan yang lebih efektif, pertanyaan yang produktif dan yang tidak, atau tipe informasi yang mereka butuhkan dan yang tidak diperoleh. Tahap ini akan menjadi penting apabila dilaksana-kan pendekatan belajar model inkuiri dan mencoba memperbaikinya secara sistematis dan secara independen. Konflik yang dialami siswa saat melihat suatu kejadian yang menurut pandangannya tidak umum dapat menuntun partisipasi aktif dalam penyelidikan secara ilmiah.

Sedangkan lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan inkuiri atau discovery menurut Nana Sujana (2000:155) yakni; 

  1. perumusan masalah untuk dipecahkan siswa,
  2. menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal   dengan   istilah hipotesis,
  3. siswa  mencari  informasi, data. fakta  yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, 
  4. menarik kesimpulan-kesimpulan jawaban dan
  5. mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru. 

Secara skematis, pendekatan inkuiri tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 2 seperti tertera di samping. 

C. Pelaksanaan  Model Pembelajaran Inkuiri

Pengembangan model pembelajaran Inkuiri ini membantu siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang diperlukan dengan memberi pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka. Dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan secara independen diperlukan cara yang terorganisir. Yang diharapkan adalah agar siswa menanyakan mengapa peristiwa itu terjadi, kemudian memperoleh dan mengolah data secara logis. Dengan demikian siswa dapat mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk mendapatkan jawaban atas keheranannya. Model pembelajaran Inkuiri dapat diberikan pada setiap tingkatan umur, dengan tingkat kesulitan yang berbeda dan masalah yang berbeda pula.

Model Pembelajaran Inkuiri dapat dilakukan dalam setting  “teacher directed" atau pun digabungkan dengan lingkungan belajar yang lebih "self directed". Untuk itu siswa harus mempunyai akses untuk bahan yang dibutuhkan dan dapat bekerja sama dengan kelompok.

Metode mengajar yang biasa digunakan guru dalam pendekatan  ini antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil siswa (antara 3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat tatap muka atau pada saat kegiatan terjadwal. Dengan demikian dalam pendekatan inkuiri model komunikasi yang digunakan bukan komunikasi satu arah atau komunikasi sebagai aksi tapi komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi.

Studi dan penelitian terhadap kedua pendekatan ini telah banyak dilakukan.Misalnya studi yang dilakukan oleh University of Philipine sampai kepada kesimpulan bahwa pende-katan ekspositeri dan inkuiri tidak berbeda keefektifannya dalam mencapai hasil belajar yang bersifat informasi, fakta dan konsep,tetapi berbeda secara signifikan dalam mencapai keterampilan berpikir, pendekatan inkuiri lebih efektif daripada pendekatan ekspositeri (Nana Sujana, 2000:155).

Peranan Guru dalam Pembelajaran Model Inquiri  

Menurut Dahar (1989: 107) dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
  2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan penggunaan fakta-fakta yang berlawanan. Guru hendaknya mulai dengan sesuatu yang sudah dikenal oleh siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah. Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari masalah itu.
  3. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan cara-cara penyajian. Cara-cara  penyajian  itu  ialah  cara  enaktif, cara  ikonik, dan cara simbolik. Untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan cara penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa. Disarankan agar guru mengikuti aturan penyajian dari enaktif, ikonik, lalu simbolik. Perkembangan intelektual diasumsikan mengikuti urutan enaktif, ikonik, dan simbolik, jadi demikian pula harapan tentang urutan pengajaran.
  4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai seorang tutor,guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat. Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan cara sedemikian rupa sehingga siswa tidak tetap tergantung pada pertolongan guru. Akhirnya siswa harus melakukan sendiri fungsi tutor itu.
  5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Seperti diketahui, tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail, dan tujuan-tujuan itu tidak diminta sama untuk berbagai siswa. Lagi pula tujuan dan proses tidak selalu seiring. Secara garis besar, tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi dengan menemukan sendiri generalisasi itu. Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi, dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes esai.

D. Dampak Pembelajaran dan Dampak Pengiring dari Pendekatan Model Inkuiri

Dampak pembelajaran dan dampak pengiring dari pendekatan model inkuiri adalah sebagai berikut: 

  1. dapat mengembangkan keterampilan proses sains;
  2. strategi penyelidikan dapat dikembangkan secara kreatif; 
  3. menimbulkan semangat kreatif dan semangat belajar pada siswa; 
  4. memberikan kebebasan atau belajar secara otonomi pada siswa; 
  5. memungkinkan kerja sama dua arah (guru-siswa dan siswasiswa); 
  6. menekankan hakikat kesementaraan dari pengetahuan.      

Untuk selanjutnya dampak pembelajaran dan pengiring dari model Pembelajaran Inquiri ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada proses pembelajaran dengan bimbingan belajar melalui pendekatan inkuiri kegiatan yang menonjol adalah adanya kebebasan pada siswa menyampaikan pengetahuan informal siswa melalui masalah-masalah kontekstual sebagai awal dari proses pembelajaran. Masalah kontekstual yang dipakai untuk membangun konsep formal matematika dengan alasan bahwa anak ke sekolah tidak dengan kepala kosong, melainkan sudah membawa ide-ide matematika.

Di samping itu, konsep yang mendasari pendekatan matematika adalah bahwa matematika merupakan aktivitas manusia, dan belajar matematika mempakan prosesbelajar melalui penemuan. Dengan perkataan lain bahwa pengetahuan itu adalah konstruksi dari seseorang yang sedang belajar. Ini berarti, siswa diberi keleluasaan untuk mengekspresikan jalan pikirannya, menyelesaikan masalah menurut dirinya sendiri, mengkomunikasikannya, dan dapat belajar dari ide teman-temannya. 

Siswa dilibatkan secara penuh dalam proses menemukan dan merumuskan kembali konsep yang sedang
ingin dituju, dengan guru sebagai pembimbingnya. Pendekatan matematika menampilkan konteks nyata sebagai awal dari proses pembelajaran. Dengan adanya konteks nyata ini kelihatan bahwa belajar matematika ada manfaatnya dalam kehidupan anak. Karena matematika dipandang ada manfaatnya, maka siswa cenderung berminat mempelajari matematika dan didorong oleh motivasi sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.